Total Pageviews

Saturday, December 1, 2012

A religious speech of a friend at Arafah, good to read for all

KHUTBAH WUKUF ARAFAH *)
BERTAUBAT DAN MENGHARAP AMPUNAN ALLAH
Oleh : Drs. Sudono Al-Qudsi, M.H. 

الحمد لله رب العا لمين - الذي قال في كتا به الكريم – الحج اشهر معلومات - فمن فرض فيهن فلا رفث ولا فسوق ولا جدا ل في ا لحج - وما تفعلوا من خير يعلمه الله – وتزودوا فان خير الزاد التقوي – واتقون يا ؤلي الاْلباب - اشهد ان لااله الا الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ - وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لا نبي بعد ه - ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ اجمعين - أَمَّا بَعْدُ – عباد الله أُوْصِيْكُمْ وَايايْ بِتَقْوَى اللهِ – فقد فاز المتقون - قال الله تعالي في كتا به الكريم – واعبد ربك حتي ياْتيك اليقين - لبيك اللهم لبيك – لبيك لا شر يك لك لبيك – ان الحمد والنعمة لك والملك – لا شريك لك -
Para tamu Allah, muslimin wal muslimat dhuyuufullah wa dhuyuufurrohmaan…!
Pada hari yang penuh rahmat dan maghfiroh ini, marilah kita panjatkan puji syukur yang setulusnya kepada Allah SWT. Yang telah menjadikan hari arofah ini sebagai hari yang teramat mulia. Sholawat dan salam semoga terlimpah bagi Nabi besar Muhammad Saw. Yang telah menyampaikan risalah Allah SWT sehingga mengantarkan umatnya ke jalan yang terang yang diridhohi Allah SWT.
Siang ini kita ditakdirkan oleh Allah berkumpul di tempat yang mulia ini, tempat dimana setiap do’a pasti akan dikabulkan, siapapun yang bertaubat, Allah pasti menerimanya dan mengampuni dosa-dosa kita, sebanyak apapun dosa-dosa itu melumuri tubuh kita.
Hari ini adalah hari yang paling di rindukan, di impi-impikan oleh seorang muslim agar bisa menyempurnakan keislamannya, hari ini adalah hari yang di idam-idamkan, siang dan malam, oleh orang-orang yang merindukan bisa bertemu dengan Allah, sesungguhnya pada saat ini Allah membanggakan kita di hadapan para MalaikatNya, Allah berjanji, hari ini dosa-dosa diampuni, dan doa-doa di ijabah, andaikata kita wafat hari ini, insya Allah bagi haji mabrur, tiada balasan dari Allah selain surga. Saat ini adalah saat yang paling tepat masing-masing jamaah dipersilahkan untuk mengkondisikan dirinya berkonsentrasi kepada Allah, melakukan perenungan, ber muhasabah atas dirinya, apa yang telah dilakukan selama hidupnya, merenungi kebesaran dan keagungan Allah melalui Asma’ul HusnaNya dan merenungi hari akhirat.
Mari kita bentangkan dosa-dosa kita di padang Arofah ini, ingatlah satu-persatu dosa-dosa yang pernah kita lakukan, ingatlah betapa waktu kita selama ini habis terbuang sia-sia karena lebih banyak digunakan untuk memperindah kehidupan dunia . hari ini kita harus mengakui dengan sejujur-jujurnya dan seikhlas-ikhlasnya , tanpa rasa sombong, dihadapan Allah adalah puncak amaliah haji. Inilah arofah, wukuf kita ini adalah untuk mendefinisikan hakikat keberadaan kita di hadapan Allah SWT., sekalipun sebenarnya Allah telah mengetahui ini semua.
Hari ini Allah mendekat sedekat-dekatnya kepada orang-orang yang wukuf di Arofah untuk mendengarkan ungkapan dan keluhan-keluhan hambanya, menatap dari dekat wajah dan perilaku hamba-hambanya. Disebutkan dalam hadis qudsi yang artinya : Lihatlah kepada hambaKu di Arofah yang lesu dan berdebu , mereka datang kesini dari penjuru dunia, mereka datang memohon rohmatKu sekalipun mereka tidak melihatKu, mereka minta perlindungan dari adzabKu, sekalipun mereka tidak melihat Aku. Rasulullah SAW. menyatakan dalam sabdanya : bahwa Allah mendekat kepada orang-orang yang di Arofah, dengan bangga Allah bertanya kepada para Malaikat , apa yang diinginkan oleh orang – orang yang sedang wukuf itu ?
Pada hari ini Allah senang sekali jika kita berdo’a kepadaNya, Ia mengabulkan semua do’a kita disini, sebagaimana Rosulullah bersabda dalam hadis yang lain : bahwa diantara berbagai jenis dosa yang tidak akan tertebus kecuali dengan melakukan wukuf di Arofah bahkan Allah murka ketika manusia tidak yakin dosanya diampunkan di Arofah, disebutkan oleh Al khatib dalam kitab Al Muttafaq wal Muftaroq , Rasulullah SAW. menyatakan bahwa “ yang paling besar dosanya diantara manusia adalah seseorang yang berwukuf di Arofah lalu berprasangka bahwa Allah tidak memberinya ampun.
Jama’ah haji yang saya banggakan, demikian agung dan mulianya hari Arofah ini, meskipun wukuf hanya beberapa jam saja, namun sungguh sangat penting berdo’a di Arofah, disaksikan dari dekat oleh Allah SWT. dan dibangga-banggakan Nya kita dihadapan para MalaikatNya.
Hai Malaikat Ku, apa balasan bagi hambaKu ini, ia bertasbih kepadaKu, ia mengagungkanKu, ia mengenaliKu, ia bershalawat kepada NabiKu, wahai para malaikatKu, saksikanlah bahwasanya Aku telah mengampuninya, Aku memberi syafaat kepadanya, jika hambaKu memintanya tentu akan Ku berikan untuk semua yang wukuf di Arofah ini.
Semoga siapapun yang dihadirkan di padang arofah ini tidak terbesit sedikitpun dihatinya kesombongan, sehingga merasa diri lebih baik dari yang lain. Berhajinya kita bukan merupakan jaminan bahwa kita lebih baik dari saudara-saudara kita di tanah air. Sungguh malu dan sangat malu jika kita merenungi kehormatan dan kemuliaan ibadah haji ini dengan kualitas diri kita yang sangat jauh dari kepantasan kualitas seorang hamba yang shalih.
Bahkan semua ini bisa menjadi “hutang” yang harus kita bayar dan kita pertanggung-jawabkan. Siapa tahu kita berada di tanah suci saat ini justru berkat doa orang-orang shalih yang memintakan ampunan untuk manusia yang banyak dosa seperti kita ini. Boleh jadi ampunan yang mereka mohonkan untuk kita itulah yang kemudian mengantarkan kita berada di tanah suci ini.
Saudara–saudaraku, kaum muslimin dan muslimat Rohimakumullah.
Padang Arafah hari ini seolah-olah tampil sebagai miniatur padang Mahsyar, dimana manusia berkumpul di hadapan kebesaran Allah SWT semuanya bertanggung jawab atas perbuatan dan kelakuannya masing-masing. Pangkat, jabatan dan harta kekayaan yang selama ini kita kejar ternyata tidak bisa menyelamatkan kita, bahkan keluarga terdekat kita selama ini yang kita manjakan ternyata juga tidak bisa berbuat apa-apa, untuk membantu kita pada hari itu. Malah tidak jarang semua itu menjadi alasan dan penyebab untuk menyiksa kita. Di Padang Arafah ini, kita pun telah menanggalkan atribut sosial kita, semua jabatan dan pangkat, kita lepaskan pada hari ini. Yang melekat di badan kita, hanyalah dua lembar kain ihrom. Kondisi seperti ini mengingatkan kita pada alam Barzah. Di alam Barzah nanti kita hanya ditemani kain kafan yang membungkus kita. Karena itu tiada yang kita harapkan dari Wuquf kita saat ini. kecuali ter ampuninya dosa-dosa kita dan terhapusnya kesalahan-kesalahan kita yang sudah membalut sekujur “tubuh” kita, sebab kita sadar betul, apalah artinya hidup dengan lumuran aib dan dosa yang melekat di tubuh ini.
Dosa telah membuat manusia harus kehilangan keberkahan dalam hidupnya, juga keberkahan dalam rizki, harta dan apa saja yang dimilikinya, akibatnya manusia kehilangan ketenangan , juga kehilangan kebahagiaan justru di tengah–tengah genangan materi yang mengitarinya.
Dosa telah membuat manusia kehilangan hati nuraninya, sehingga mereka berbuat, berbicara, mendengar dan melihat bukan lagi karena dorongan hati nurani, melainkan karena kepentingan hawa nafsunya.
Dosa telah membuat manusia kehilangan kepekaan terhadap sesama, nilai-nilai kasih sayang yang selama ini dijunjung-luhurkan dalam kehidupan sesama manusia telah berubah, berganti menjadi kebencian dan permusuhan bahkan pertikaian saling jatuh menjatuhkan. Kedengkian pun akhirnya menjadi penyakit epidemik, senang melihat yang lain susah dan susah melihat yang lainnya senang.
Dosa telah membutakan mata hati manusia, sehingga mereka tidak lagi bisa membedakan antara yang benar dan salah, haram dan halal, haq dan batil. Akibatnya mereka kehilangan rasa bersalah saat berbuat salah, tiada beban saat berbuat dhalim kepada sesama, bahkan banyak diantara mereka bisa merasakan nikmatnya makanan hasil mencuri, sembari membanggakan kepada orang lain.
Dosa telah membuat manusia kehilangan rasa takut kepada Allah, juga kepada balasan buruk di akhirat kelak. Mereka juga kehilangan rasa cinta kepada Allah juga kepada kebaikan. Saat rasa takut kepada Allah menghilang, maka akan hadirlah rasa takut kehilangan dunia, dan ketika rasa cinta kepada Allah pun tergadaikan, maka akan muncullah rasa cinta terhadap dunia.
Dosa telah menggiring manusia kejurang-jurang kehinaan yang membuat mereka kehilangan kemuliaan yang tersimpan dalam nilai-nilai kemanusiaan dirinya.
Dunia masa kini tak ubahnya bagai gelapnya belantara hutan, di dalamnya berkumpul segala macam binatang. Binatang-binatang tersebut harus tunduk kepada hukum rimba yang sengaja diciptakan untuk melindungi kepentingan mereka yang perkasa dan berkuasa. Entah sudah berpuluh, beratus, beribu, bahkan berjuta korban telah dipersembahkan buat santapan mereka yang mengklaim, atau tepatnya memaksa dirinya, menjadi penguasa rimba belantara ini.
Allah Ta’ala berfirman :
ظهر الفساد في البر والبحر بما كسبت ايد الناس ليذيقهم بعض الذي عملوا لعلهم يرجعون
“Telah nampak kerusakan di darat dan dilaut diakibatkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagai akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali” (Arrum : 41)
Tamu-tamu Allah yang dirahmati-Nya…!
Saat ini kita masih dikaruniai kesempatan hidup di dunia. Namun hidup saat ini hanyalah bermakna menjalani sisa umur belaka. Bertambah waktu bagi kita adalah satu langkah mendekati liang kubur. Entah sampai kapan Allah meng- anugrahkan sisa umur ini untuk kita. Boleh jadi ada diantara kita yang oleh Allah diberi kesempatan hidup bertahun-tahun lagi. Mungkin diantara kita ada yang sisa umurnya tinggal beberapa bulan ini, atau beberapa pekan ini, atau boleh jadi ada diantara kita yang oleh Allah diberi kesempatan untuk menghuni tanah haram ini sebagai tanah peristirahatan menunggu saat-saat dibangkitkan di hari kiyamat nanti.
Sungguh alangkah indahnya jika umur yang tersisa ini, umur yang penuh dengan kasih sayang Allah, hari-hari yang kita lalui selalu sarat dengan magfirrah dan rahmat Allah.
Alangkah indahnya jikalau di sisa umur ini kita menjadi ahli sujud, yang selalu rindu bersujud kepada Allah, alangkah beruntungnya jika lidah ini selalu basah menyebut kalimah Allah, alangkah bahagianya adaikata hari kita ini, hari yang penuh keikhlasan, apapun yang kita lakukan hanya Allah saja yang kita tuju, hari-hari yang kita jalani adalah hari-hari yang bersemangat untuk memperbaiki diri agar dicintai oleh Allah, hari-hari yang tersisa menjadi hari-hari yang bersemangat untuk mempersembahkan yang terbaik bagi Allah , agar bisa menjadi bekal pulang ke akhiat.
Alangkah indahnya jikalau hari-hari yang tersisa ini menjadi hari-hari yang penuh dengan kemuliaan, penuh dengan kebaikan, kita menantikan saat kepulangan kita dengan penuh harap agar bisa wafat husnul khatimah.
Hadirin Hadirat sekalian !
Alangkah indahnya jikalau malaikat Maut menjemput kelak, tubuh kita sudah bersih dari dosa, aib-aib sudah terhapus, orang-orang yang kita sakiti sudah mau memaafkan kita, tidak ada harta haram yang melekat pada tubuh ini. Alangkah bahagianya jika malaikat menjemput kelak, tubuh kita terbasuh air wudhu, air mata kita sedang menetes merindukan Allah, lidah kita sedang lirih nan syahdu menyebut nama Allah, keringat bahkan darah kita sedang bersimbah di jalan Allah. Alangkah beruntungnya andaikata saat kepulangan nanti kita benar-benar sudah siap dengan bekal yang cukup.
Duhai alangkah bahagianya kalau di akhirat nanti kita dipanggil Allah dengan seindah-indah panggilan. Kita dipertemukan dengan kekasih-kekasih-Nya tercinta, para nabi, rasul, para syuhada’ dan shalihin. Alangkah damainya jika diakhirat nanti, kita bertemu denga Rasul kekasih kita Muhammad SAW, hidup bertetangga dengan beliau di surga Allah SWT.
Namun sebaliknya, alangkah malangnya bagi orang yang mati dalam keadaan tidak terampuni, dosa berlimpah, aib menggunung, kenistaan bagai berselimut yang membungkus. mati dalam keadaan munafik. Mati di tempat ma’shiyat (na’uudzubillah).
Wahai saudaraku, mau kemana lagi, hidup di dunia hanya mampir sebentar, bukan di sini tempat kita yang sebenarnya. Lihatlah bayi-bayi sudah mulai lahir , anak-anak kecil sudah mulai hadir, merekalah yang akan menggantikan kita. Mungkin diantara kita ada yang beberapa tahun lagi, atau beberapa bulan lagi, atau ini mungkin hari terakhir kita. Bisa jadi besok kita tidak bangun lagi. Siapkah andai malam nanti malaikat Maut datang menghampiri kita? walau bagaimanapun kita harus siap, karena kita pasti akan mati. Kita sering sekali mempermainkan ampunan Allah, kita bertaubat, tetapi sebentar, kemudian melakukan maksiyat. Betaubat hanya dibibir saja.
Pada siang ini kita berkumpul disini ingin mengikrarkan sebagai manusia yang terpanggil dengan julukan manusia – manusia yang beriman, sebagai manusia baru yang telah dicelup 40 hari lamanya, sebagaimana manusia yang menyambut seruan dan panggilan Allah SWT., 40 hari lamanya telah dibakar hangus dosa yang pernah kita lakukan, baik disadari ataupun tidak disadari.
Haru hati kami ya Allah pada siang ini, telah berbaur antara sedih dengan gembira. Sedih karena kami harus berpisah dengan Padang Arafah yang penuh barakah. Sedih karena mungkin kami harus mengarungi berbagai hidup yang mungkin akan ganas, khawatir kalau-kalau kami tidak kuasa menghadapinya. Kami ingat pada orang tua yang telah tiada, ingat pula pada handaitaulan, tetangga, kawan karib dan jama’ah yang telah mendahului kami, kami ingat semuanya.
Terbayang pada ingatan kami perilaku yang tidak senonoh yang pernah kami lakukan. Ampuni ya… Allah, dosa-dosa kami. Kami tak kuasa menderita akibat panasnya api neraka, namun dibalik semua itu perasaan gembira kami meluap karena siang ini kami masih diberikan kesempatan untuk berkumpul bersama jamaah haji sedunia dan se iman,
Jamaah haji rahima kumullah
Betapa cepat roda perubahan mengitari kita. Di tahun lalu banyak diantara kita yang masih tampak segar bugar, namun kini telah terkulai lemah tidak berdaya. Bahkan ada pula tetangga Jama’ah Haji bersebelahan, atau Jema’ah Haji yang telah mendahului kita.
Kita tidak pernah menyadari kapan giliran itu tiba pada kita, sekalipun ajal itu datang tanpa permisi, masih juga kita beranggapan bahwa kematian hanya terjadi pada orang lain. Diantara kita ada yang masih mampu shalat berjama’ah setiap saat di tahun lalu, akan tetapi di tahun ini kemampuan fisiknya sudah renta. Ditahun lalu ada yang masih mampu berjalan mengunjungi berbagai pengajian, namun di tahun ini sudah tidak berdaya. Bagi mereka ini kita panjatkan do’a semoga Allah memberikan tempat yang baik di Jannatun-Na’im
Hadirin Kaum Muslimin Yang Berbahagia !
Patut kita syukuri nikmat berkumpul di Padang Arafah seperti ini, yang entah berapa kali kita mengalaminya, hanya Allah yang mengetahuinya. Hati tak ingin cepat mati, namun ajal tak dapat ditolak. Alhamdulillah kita masih diberi umur panjang sampai hari ini.
Namun demikian pula , patut kiranya kita resapi senandung seorang penyair yang berbunyi :
فَرَضَ عَلىَ النَّاسِ اَنْ يَتُوْبُوْا لَكِنْ تَرْكَ الذُّنُوْبِ اَوْجَبُ
وَالصَّبْرُ فىِ النَّآئِبَاتِ صَعْبٌ لَكِنْ فَوْتَ الثَّوَابِ اَصْعَبُ
وَالدَّهْرُ فىِ صَرْفِهِ عَجِيْبٌ لَكِنْ غَفْلَةَ النَّاسِ اَعْجَبُ
وَكُلُّ مَا قَدْ يَجِئُ قَرِيْبٌ لَكِنَّ اْلمَوْتَ مِنْ ذَاكَ اَقْرَبُ
Betapa nikmat manusia yang sempat taubat, œnamun lebih nikmat apabila ia luput dari ma’shiyat.
Alangkah berat menghadapi musibah, œnamun lebih pahit apabila pahala tidak tergamit.
Sungguh ajaib betapa waktu melenyap cepat, œtapi tidaklah lebih ajaib ada insan tak sadar saat.
Setiap yang akrab terasa dekat, œakan tetapi tidaklah maut lebih melekat?
Selanjutnya penyair bersenandung :
يَا مَنْ بِدُنْيَاهُ اِشْتَغَلْ قَدْ غَرَّهُ طُوْلُ اْلأَمَلْ
أَوْ لَمْ يَزَلْ فىِ غَفْلَةٍ حَتَّى دَنَا مِنْهُ اْلأَجَلْ
اَلْمَوْتُ يَأْتِى بَغْتَةً وَالقَّبْرُ صنَدُوْقُ اْلعَمَلْ
اِصْبِرْ عَلىَ أَهْوَالِهَا لاَ مَوْتَ اِلاَّ بِاْلأَجَلْ
Wahai manusia yang disibukkan dunia, yang terpedaya harapan hampa.
Masih jugakah engkau lalai, sementara ajal semakin mendekat?
Kematian datang dengan sigap, kubur merupakan kurungan perbuatan.
Bersabarlah karena kehebatannya, tiada kematian tanpa ajal.
Kematian tidak diundang ataupun dicegah. Ia datang tanpa permisi, tanpa diminta, tanpa mengenal anak ataupun remaja, tak pandang tua ataupun muda. Datang atas perintah Allah SWT. Apa pula yang diungkapkan bumi yang kita injak? Imam Ibnu Hajar Al asqolani ( Imam Nawani ) Dalam kitab Nasoihul ibad , beliau mengutip pendapat Anas bin Malik r.a mengatakan bahwa bumi tempat kita berpijak merasa aneh melihat perilaku manusia. Sehingga bumi mencoba menarik perhatian manusia dengan sepuluh ungkapannya yang bernada sinis :
يَا ابْنَ آدَمَ تَسْعَى عَلىَ ظَهْرِيْ ، وَمَصِيْرُكَ فىِ بَطْنيِ ، وَتَعْصِي عَلىَ ظَهْرِيْ ، وَتُعَذَّبُ فىِ بَطْنيِ ، تَضْحَكُ عَلىَ ظَهْرِيْ ، وَتَبْكِيْ فىِ بَطْنِيْ ، وَتَفْرَحُ عَلىَ ظَهْرِيْ ، وَتَحْزَنُ فىِ بَطْنِيْ ، وَتَجْمَعُ اْلمَالَ عَلىَ ظَهْرِيْ ، وَتَنْدَمُ فىِ بَطْنِيْ ، وَتَأْكُلُ اْلحَرَامَ عَلىَ ظَهْرِيْ .
“wahai bani Adam ! Engkau seharian modar-mandir berusaha di atas punggungku, padahal perutku menjadi tempat kembalimu. Engkau melakukan ma’shiyat di atas punggungku, namun kelak menangis dalam perutku. Engkau bersenang-senang di atas punggungku, namun bersedih hati di dalam perutku. Engkau tumpuk-tumpuk hartamu di atas perutku, padahal kelak engkau menjadi makanan ulat dan cacing dalam perutku. Engkau hidup gembira di atas punggungku, namun menjadi hina dalam perutku. Engkau bersuka ria di atas punggungku, namun bermuram durja kelak di dalam perutku. Engkau berpesta pora di sinar matahari, bulan dan lampu di atas punggungku, namun kelak kau masuk kegelapan dalam perutku. Engkau dapat menghadiri perkumpulan-perkumpulan di atas punggungku namun kelak akan menyendiri dalam perutku”.

Pada kesempatan lain Rasulullah SAW juga bersabda di dalam hadist Qudsi: “Jika hamba-ku mendekatkan diri kepada-Ku satu jengkal maka aku mendekatkan diri-Ku sehasta dan apabila ia mendekatkan diri kepada- Ku satu hasta, Aku mendekatkan satu lengan dan bila ia datang kepada-Ku dengan berjalan, aku datangi ia dengan berlari, Allah berfirman: barang siapa lalai dari mengingat Yang Maha Rahman maka syaitan akan menyesatkannya dan ia menjadi sahabatnya”.
Pada saat dan waktu yang hening dan sakral ini kita semua mengharap rahmat, ridha dan ampunan Allah SWT. Mudah-mudahan kita kembali ke tanah air dalam keadaan bersih dan suci bagaikan anak yang baru lahir, mendapatkan Haji Mabrur. Amiin .

Khutbah kedua wukuf Arafah :

الحمد لله – الحمد لله رب العالمين - الذي قال فى كتابه الكر يم – ولله علي الناس حج البيت من استطع اليه سبيلا - اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له – و اشهد ان محمدا عبده ورسوله لا نبي بعده - اللهم صل علي سيد نا محمد - وعلي اله واصحا به ومن وله - ايها الجحاج - رحمكم الله - اتوا الله - اتوا الله حق تقا ته - ولا تموتن الا وانتم مسلمون – قال تعالي في كتابه الكر يم – ان الله وملائكته يصلون علي النبي يا ايها الذين امنا صلوا عليه وسلموا تسليما – وقال الله في اياته الاْخري - ان الاْبرار لفي نعيم - وان الفجار لفي جحيم - اللهم صل علي سيد نا محمد - وعلي اله واصحا به اجمعين – وعن التابعين – وتابع التابعين وتابعهم باءحسان الي يوم الدين وارحمنا معهم برحمتك يا ارحم الراحمين – اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين و المسلمات - الاْحياء منهم والاْموات - اَللَّهُمَّ اِنَّا نَسْأَلُكَ حَجًّا مَبْرُوْرًا ، وَسَعْيًا مَشْكُوْرًا ، وَذَنْباً مَغْفُوْرًا ، وَعَمَلاً صَالِحًا مَقْبُوْلاً ، وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ ، يَا عَالِمَ مَا فىِ الصُّدُوْرِ اَخْرِجْنَا يَا اَلله مِنَ الظُّلُمَاتِ اِلىَ النُّوْرِ - ربنا اغفر لنا ذنوبنا ولاءخوننا الذين سبون بالائمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين امنوا ربنا انك رؤف رحيم – ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الاخرة حسنة وقنا عذاب النار – عباد الله – ان الله ياْمر بالعد ل والاءحسان وا يتاء ذي القربي وينهي عن الفخشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون - فاذكروا الله العطيم يذكركم – واسئلوه من فضله يعطيكم – ولذكر الله اكبر - والسلا م عليكم ورحمة الله وبركا ته -

*) disampaikan pada khutbah wukuf arafah pelaksanaan haji tahun 2012 M/1433 H pada hari kamis 25 Oktober 2012 .

No comments:

Post a Comment